Berita Semarang
Ngabuburit Nelayan Tambakrejo Semarang Resik-resik Sungai BKT, Dapat Sampah 200 Kg
Nelayan Tambarejo Semarang melakukan kegiatan resik-resik Banjirkanal Timur (BKT) yang berada di dekat permukiman mereka.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM,SEMARANG - Nelayan Tambarejo Semarang melakukan kegiatan resik-resik sungai Banjir Kanal Timur (BKT) yang berada di dekat permukiman mereka.
Hasilnya, beragam sampah rumah tangga seberat sekira 200 kilogram berhasil dikumpulkan.
Kegiatan itu bagian dari rangkain Hari Nelayan Nasional 2022.
Di sisi lain, Kegiatan itu bagian dari mengkritisi kondisi sungai BKT yang tercemar sampah.
Baca juga: Suparman Girang Rp5.000 Bisa Beli 1 Liter Migor dan 1 Kg Gula di Pasar Murah Ramadhan Temanggung
Baca juga: Cerita Raihan Dwi Kusuma Siswa SMPN 5 Blora Raih Juara Judo Tingkat Nasional, Pernah Patah Tangan
Baca juga: Asyiknya Ngabuburit di Kampoeng Ramadhan Singgo Joyo Pati, Cari Takjil Sambil Lihat Pentas Seni
"Iya, tadi sore ngabuburit resik-resik kali untuk peringatan Hari Nelayan yang ditutup acara bukber," ujar Koordinator Nelayan Tambarejo, Marzuki kepada Tribunjateng.com (Tribun Network), Selasa (5/4/2022).
Menurut Marzuki, peringatan Hari Nelayan seharusnya menjadi refleksi bagi Pemerintah terhadap seabrek persoalan yang dihadapi oleh nelayan.
Terutama nelayan Tambakrejo yang memiliki cerita kelam pernah jadi korban penggusuran.
Kondisi itu jadi peringatan bagi nelayan agar tidak terjadi hal yang serupa.
"Nelayan sudah seharusnya mendapatkan kesejahteraan, memperoleh keadilan dan tidak termarjinalkan," paparnya.
Selain resik-resik sungai BKT, nelayan Tambakrejo juga melaksanakan lomba mancing, wisata naik perahu, upacara hari nelayan dan lainnya.
Kegiatan diikuti oleh komunitas nelayan Tambareko, LBH APIK, LBH Semarang, seniman Semarang, mahasiswa Undip, Unnes, Unissula, dan lainnya.
"Kami berharap nelayan dapat sejahtera dan rukun," imbuh Marzuki.
Sementara itu, nelayan Tambakrejo, Dani Rujito mengatakan, persoalan warga nelayan pesisir Tambakrejo di depan mata yakni soal abrasi.
Mereka kini telah menempati rumah deret yang disediakan pemerintah tapi setiap air rob naik rumah akan terendam.
Baca juga: Ini Jadwal Blora Menyapa Edisi Ramadan, Bupati Tetap Keliling Kecamatan Serap Aspirasi Warga
Baca juga: Satu Keluarga di Kudus Kena DBD, Noor Keluhkan Pelayanan Foging di Desa Gondosari Lamban
Meskipun air pasang yang naik hanya semata kaki dan hanya berdurasi 1 sampai 2 jam tapi sangat menganggu aktivitas warga.
"Kalau sekarang belum parah, tapi coba lima tahun yang akan datang, bisa saja wilayah ini tenggelam," tandasnya. (*)