Berita Jateng

Transformasi Kampung Melayu Semarang, Dari Kampung Multi Etnis, Kini Dikenal Pusat Alat Pancing

Penulis: Budi Susanto
Editor: Moch Anhar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi Kampung Melayu terkini, setelah revitalisasi yang dilakukan Pemkot Semarang rampung, Senin (6/2/2023).

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Transformasi Kampung Melayu Kota Semarang menjadi pumukiman padat penduduk sudah terjadi sejak awal abad 19.

Bahkan berdasarkan peta tahun 1800, mulai banyak bangunan sepanjang Jalan Layur di Kampung Melayu.

Bangunan tersebut berupa rumah toko atau ruko, yang mayoritas dihuni oleh etnis Tionghoa.

Mengutip dari jurnal ilmiah berjudul Semarang Pesisir Lama, etnis Tionghoa kala itu menjual alat-alat tangkap ikan.

Hal itu diperkuat dengan Sketsa Indigenous Population yang diterbitkan pada 1893.

Sketsa Indigenous Population yang menggambarkan kegiatan warga di Kampung Melayu Kota Semarang, sketsa itu diterbitkan pada 1893.

Dalam sketsa itu, tertuang gambar aktivitas masyarakat di Kampung Melayu Kota Semarang.

Selain memancing, beberapa orang Tionghoa di Kampung Melayu digambarkan tengah berdagang.

Baca juga: Tata Rias Pengantin Khas Pekalongan Srimpi Pesisiran Resmi Dipatenkan, Ini Modelnya

Meski demikian, masifnya penjual alat tangkap ikan di Kampung Melayu terjadi pada dekade 90 an.

Menurut Ferdianto, satu di antara Pemerhati Sejarah Kampung Melayu.

Sejak 1996 mulai banyak bermunculan toko alat tangkap khsususnya toko pancing.

Sebelum 1996 warga berdagang ikan hias, karena saat itu ikan hias seperti arwana tengah populer.

"Namun selang beberapa tahun, para penjual pancing mulai hilang satu persatu," jelasnya, Sabtu (11/2/2023).

Ferdianto berujar, walaupun banyak yang hilang namun ada satu yang masih bertahan.

Penjual joran pancing tersebut adalah Yono, ia juga menjadi pioner penjual joran pancing di Kampung Melayu.

Pak Yono memproduksi joran pancing sendiri, bahkan joran pancing buatannya sering dianggap sebagai joran legendaris.

"Sanggar walesan sebutannya. Hingga kini joran pancing tersebut masih dijual dan jadi ikon Kampung Melayu," tuturnya. (*)