Berita Jateng

Melihat Gedung Grha Pemuda Muhammadiyah di Kudus, Desain Bangunannya Disebut-sebut Mirip Gereja

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: Moch Anhar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melintas di depan Gedung Grha Pemuda Muhammadiyah di Desa Getassrabi, Kudus

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Bangunan berwarna krem dengan paduan cokelat tua di Desa Getassrabi, Kecamatan Gebog, Kudus disebut-sebut mirip dengan gereja.

Bagaimana tidak, mulai dari bentuk, beberapa ornamen pelengkapnya, sampai pada warnanya memang bangunan tersebut sekilas tidak jauh beda dengan gereja peninggalan kolonial yang ada di Tanah air.

Gedung berukuran 10x17 meter persegi yang berdiri di atas lahan seluas 559 meter persegi itu tidak lain merupakan aset milik Ranting Muhammadiyah Getassrabi.

Gedung itu dinamai dengan Grha Pemuda Muhammadiyah.

Baca juga: Hidupkan Kawasan Kota Lama Semarang, Beragam Festival Budaya hingga Kuliner Digelar

“Karena didedikasikan untuk mengembangkan potensi anak muda, akhirnya dinamai Grha Pemuda Muhammadiyah,” kata pengelola gedung, Nuruz Zaman.

Gedung tersebut menghadap utara ke gugusan pegunungan Muria.

Lokasinya berada persis di belakang PKU Muhammadiyah Getassrabi.

Warna yang mendominasi pada gedung tersebut yakni krem dan cokelat tua.

Di dalam gedung berupa ruang tanpa sekat yang tampak begitu luas dengan batas dinding lengkap dengan jendela yang dipasang presisi.

Kemudian plafon atap tampak megah dengan warna cokelat mengilap.

Gedung yang memiliki tinggi sekitar 18 meter lengkap dengan menara yang terdapat di atap bagian depan itu semakin layak ketika dinilai sebagai gereja.

Namun, anggapan itu seketika runtuh ketika melihat dinding depan gedung bagian depan atas.

Di situ terdapat logo Muhammadiyah berupa semburat matahari lengkap dengan dua kalimat syahadat.

Kemudian di bagian muka teras juga terdapat logo Pemuda Muhammadiyah.

Kata Zaman, pembangunan gedung tersebut sengaja mengadopsi arsitektur Eropa klasik.

Pilihan arsitektur tersebut karena dinilai tidak lekang oleh waktu.

Kemudian ketika ada orang yang persepsinya kemudian menilai gedung tersebut milik gereja, baginya tidak ada masalah.

Nyatanya yang ditiru adalah arsitektur Eropa klasik dengan tujuan agar para pemuda Muhammadiyah berpikiran mendunia dan berwawasan luas.

“Ada juga yang menganggap mirip dengan rumah kuno,” tandas dia.

Yang pasti, kata dia, gedung tersebut merupakan bangunan baru. Dibangun mulai September 2021 kemudian selesai pada September 2022.

Biaya yang dibutuhkan mencapai hampir Rp 1 miliar dengan sumber berupa donasi, swadaya, dan bantuan berupa barang dari para kader Muhammadiyah dan bahkan dari mereka yang nonkader.

Sebelum itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berkesempatan melakukan peresmian gedung tersebut pada 11 September 2022.

Baca juga: Harga BBM Melonjak, PKS Minta Pemkot Semarang Tidak Bebani Masyarakat dengan Kenaikan Pajak

Mengutip apa yang dikatakan Haedar, Zaman berkata, bahwa gedung tersebut merupakan implementasi dari nilai inklusivitas.

Kini gedung tersebut sudah bisa dimanfaatkan.

Maksud dan tujuan dibangunnya yakni untuk keperluan sosial ekonomi.

Bahkan kalau malam digunakan untuk badminton.

Atau bagi yang hendak menyewa untuk kegiatan rapat atau pertemuan, gedung itu bisa menjadi salah satu pilihan.

Kapasitasnya gedung tersebut ketika memakai kursi bisa menampung sampai 120, ketika tidak pakai kursi bisa lebih.

“Memang fungsinya adalah sosial ekonomi, bukan fungsi ritual ibadah. Kalau mau menyewa, mulai dari harga Rp 1 juta. Sampai Oktober nanti diskon 50 persen,” kata dia. (*)