TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Edukasi masyarakat terhadap hadirnya blockchain yang mampu menggerakkan ekonomi nasional dinilai masih rendah.
Satu di antara produk smart blockchain yang sudah bisa diakses masyarakat adalah mata uang kripto (cryptocurrency).
Tidak sedikit investor yang terjun dalam mata uang kripto dibekali dengan pengetahuan yang cukup.
Menurut Pakar Komunikasi Stikom Interstudy, Dr Suhendra Atmadja menjelaskan, berdasarkan penelitiannya kepada sebanyak 100 mahasiswa, 80 persennya sudah mengenal mata uang kripto.
Baca juga: Relawan Pendukung Erick Thohir Presiden 2024 Muncul di Tegal, Ini Alasan Dukungannya
Baca juga: Kondisi Terkini Irwan Ojol Semarang Tertipu Rp65 Juta, Belum Bisa Narik Cari Penumpang
Baca juga: Ziarah ke Makam Kartini dan Potjut Meuriah Intan, Ini yang Dilakukan Wabup & Ketua TP PKK Blora
"Ini menunjukkan di kalangan milenial dengan rentang usia 18-22 tahun, kripto ini sudah banyak yang mengenal," ujarnya, dalam web seminar dalam tema 'Memahami Smart Blockchain Untuk Menggerakkan Ekonomi Nasional Melalui Teknologi', Kamis (21/4/2022).
Kendati demikian, hanya 30 persen dari respondennya yang tertarik untuk terjun ke dalamnya.
Sedangkan 70 persen di antaranya belum tertarik untuk menggunakan mata uang kripto sebagai aset.
"Alasannya belum tertarik karena belum ada dana yang cukup. Sedangkan untuk masuk ke sana membutuhkan modal," ujar dia.
Selain itu, dari jumlah tersebut hanya 10 persen responden yang coba-coba tanpa dibekali pengetahuan dan edukasi yang cukup.
Alasan kaum milenial itu karena penasaran dan keinginannya untuk kaya mendadak.
Padahal jumlah investor kripto sampai Mei 2021 berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencapai sebesar 6,5 juta orang.
"Mata uang kripto sudah lulus uji dari Bappebti, tapi jika dibandingkan dengan Binomo yang sudah jelas judi. Kripto ini masih kalah populer," ujar dia.Sehingga dia menilai perlunya meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai mata uang kripto.
Pasalnya di luar negeri sudah ada lembaga pendidikan jurusan ekonomi yang memasukkan kurikulumnya mengenai mata uang kripto.
"Harapannya di Indonesia semakin banyak melahirkan orang-orang yangg memahami mengenai bockchain, tidak hanya soal kripto," ujar dia.
Kegiatan webinar yang diikuti ratusan peserta dari seluruh provinsi di Indonesia itu harapannya blockchain dapat dikenal semakin luas.
Keberadaan blockchain tidak hanya mengenai mata uang kripto, tapi juga bisa dipakai untuk menyimpan data kependudukan.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Developer Kripto dan Blockchain Indonesia (Aspibi), Salmon menerangkan, perlu adanya komunitas untuk memahami blockchain guna menggerakkan ekonomi nasional.
"Edukasi ini bisa memberi peluang bisnis baru di setiap wilayah. Karena penerapannya sekarang masih kurang, regulasi yang mengatur juga hanya mengenai finansial," ujarnya.
Founder President Crypto Community, Ilham Firmansyah menyarankan, agar setiap orang yang ingin terjun dalam mata uang kripto dapat menganalisa secara cukup.
Baca juga: Dua Bocah Asal Brebes Punya Nama Unik, Lalu Dunia Pun Tersenyum dan Dan Semuanya Menjadi Indah
Baca juga: Relawan Pendukung Erick Thohir Presiden 2024 Muncul di Tegal, Ini Alasan Dukungannya
"Jangan pernah salah dalam memilih mata uang kripto, misalnya token artis yang sekarang sedang marak. Nilainya terus merosot," ucapnya.
Sehingga dia meminta agar investor juga dapat memperdalam ilmu sebelum terjun ke sana.
Misalnya mengetahui cara bertransaksi dan memilih koin yang legal dan terdaftar di Bappebti.
"Edukasi ini penting sebelum terjun dalam mata uang kripto," ucapnya. (*)