BEM FISIP Unair

BREAKING NEWS: Mendikti Minta Rektor Cabut Pembekuan BEM FISIP Unair Surabaya

Mendikti Satryo Soemantri Brodjonegoro meminta Rektor Universitas Airlangga (Unair) cabut pembekuan BEM FISIP Unair atas karangan bunga satire.

|
Instagram@bemfisiunair
Karya seni berupa karangan bunga ucapan selamat bernada satire untuk Prabowo-Gibran. 

TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Polemik karangan bunga satire untuk pelantikan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden-Wakil Presiden Indonesia, terus menggelinding.

Karangan bunga itu dibuat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (BEM FISIP Unair), dan viral di media sosial (medsos).

Dekanat akhirnya membekukan BEM FISIP Unair atas polemik karangan bunga satire tersebut.

Baca juga: Kronologi BEM FISIP Unari Dibekukan setelah Pajang Karangan Bunga Satire untuk Prabowo-Gibran

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro yang minta Rektor Universitas Airlangga untuk membatalkan pembekuan BEM FISIP Unair.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro, Senin (28/10/2024).

 “Saya tadi malam sudah beritahu Rektor Unair supaya batalkan pembekuan BEM Unair dan dia mengatakan siap untuk itu,” Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Satryo menegaskan, pemerintahan memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk menyampaikan penndapat.

Namun, kata Satryo, kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa harus dibarengi dengan akuntabilitas dan tanggung jawab.

“Saya minta kepada mereka Bapak Ibu Rektor, tolong jaga dengan baik karena kebebasan itu harus di barengi dengan akuntabilitas tanggung jawab pada publik, itu yang harus dipastikan,” tegasnya.

Dan hari ini, Senin (28/10/2024) pembekuan BEM Fisip Unair sudah dicabut setelah diadakan pertemuan antara pihak BEM dan dekanat. 

Kronologi pembekuan BEM FISIP Unair

Berikut kronologi pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (BEM FISIP Unair) oleh pihak Dekanat.

BEM FISIP Unair dibekukan oleh Dekanat setelah membuat karangan bunga ucapan selamat atas pelantikan Prabowo Subianto-Prabowo Gibran yang dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Ucapan selamat itu bernada satire dan sindiran keras kepada Prabowo-Gibran.

Karangan bunga ucapan selamat bernada satire ang ditujukan kepada Presiden dan Wakil Presiden dipajang di Taman Barat FISIP.

Pemasangan karangan bunga itu diunggah di akun Instagram @bemfisipunair, pada (22/10/2024) pukul 15.00 WIB. Namun sekitar pukul 18.45 WIB, karangan itu ditarik karena hujan.

Tidak hanya itu, karangan bunga ini viral di media sosial X dan TikTok mendapat banyak dukungan mahasiswa.

Kemudian pada Kamis (24/10), Ketua Komisi Etik Fakultas melakukan pemanggilan pada BEM FISIP Unair untuk meminta klarifikasi terkait kepemilikan karangan bunga tersebut.

Dan pada Jumat (25/10) pukul 09.03 Presiden BEM Fisip Unair bersama wakil dan menteri kajian politik dan kajian strategis memenuhi panggilan Komisi Etik Fakultas.

Sorenya, pukul 16.13, BEM FISIP Unair mendapat surel yang dikirim melalui alamat email dekanat.

Surel tersebut berisi surat No. 11048/TB/UN3.FISIP/KM.04/2024 yang menyatakan BEM FISIP Unair dibekukan.

Presiden BEM Unair, Aulia Thaariq Akbar, membenarkan kabar pembekuan tersebut lantaran karangan bunga yang dibuat BEM FISIP.

Dan pihaknya terus melakukan komunikasi untuk membantu apabila dibutuhkan bantuan advokasi. "Ini saya terus komunikasi dengan presbemnya (FISIP).

Sambil menunggu pertemuan dengan dekan,"tutupnya. PesBEM Fisip Unair, Tuffahati Ullayyah mengungkapkan BEM FISIP sejak awal struktural kabinet Panca Aksara terbentuk berkomitmen menciptakan kebermanfaatan untuk seluruh Civitas Akademika FISIP Unair.

Hal ini termasuk menumbuhkan jiwa kritis dan peka sosial kepada mahasiswa.

"Adapun janji kami hampir seluruhnya terwujud melalui puluhan program kerja dan agenda yang telah terlaksana dan sedang dilaksanakan. Termasuk pembuatan karya seni satir ini," ujarnya. 

Dikatakannya, hingga saat ini pihaknya masih melakukan penguatan internal sebelum karena belum ada proses diskusi lebih lanjut dengan Dekan FISIP perihal surat pemberitahuan pembekuan BEM.

Pihaknya sepakat untuk tidak menyerah dalam memproses keadilan bagi seluruh fungsionaris dan tetap melanjutkan tugasnya sampai waktu demisioner yang telah ditentukan.

"Komunikasi terakhir, konfirmasi besok (28/10/2024) pertemuan dengan pak dekan jam 8 pagi," tegasnya. 

Dikutip dari Tribunnews, Presiden BEM Fisip Unair, Tuffahati Ullayyah mengaku pemasangan karya seni satire berbentuk karangan bunga tersebut sudah direncanakan sejak dua minggu sebelumnya.

“Kami sudah merencanakannya 2 minggu menjelang pelantikan presiden,” ucapnya Minggu (27/10/2024).

Menurut Tuffahati, pemasangan karya seni satire berbentuk karangan bunga dilakukan setelah pihaknya melakukan kajian ilmiah.

“Kami ada kajian ilmiahnya tetapi belum kami publikasi, selama satu periode ini kami gencar mengawal isu pelanggaran HAM,” jelasnya.

Tuffahati berharap, melalui kajian dan karya seni satire tersebut, mahasiswa bisa belajar untuk menyampaikan kritik secara kreatif.

Terpisah, Dekan FISIP Unair, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi enggan berkomentar lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Namun ia membenarkan akan adanya pertemuan dengan BEM FISIP yang direncanakan besok.

"Senin besok (konfirmasi dengan media) setelah pertemuan dengan BEM," ungkapnya.

Anggota DPR nilai Dekan FISIP reaksioner

Terpisah, dilansir Tribunnews.com, anggota Komisi X DPR RI fraksi PDIP, Bonnie Triyana, mengkritik sikap Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), yang membekukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP. 

Menurut Bonnie, langkah tersebut terlalu berlebihan dan reaksioner.

 "Saya mempertanyakan keputusan Dekan FISIP Unair yang membekukan BEM. Ekspresi kritik mahasiswa itu disampaikan secara tertulis, tidak merusak apa pun."

"Mengapa Dekan jadi reaksioner?" kata Bonnie, saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (27/10/2024).

Bonnie menilai, sebagai lembaga pendidikan, Unair seharusnya memberi ruang bagi mahasiswa untuk menyampaikan kritik. 

"Dekan FISIP Unair jangan reaksioner. Ini berlebihan, reaksioner sekaligus insecure," ucapnya.

Sejarawan Indonesia ini menyarankan agar Dekan mengundang BEM FISIP untuk berdiskusi dan mempertanggungjawabkan kritik yang disampaikan. 

Menurutnya, ruang dialog seharusnya menjadi prioritas, bukan tindakan pembekuan.

"Seharusnya BEM diundang untuk berdiskusi, diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan kritik mereka, bukan malah dibekukan," tegas Bonnie. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di kompas.tv

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved