Ramadan 1444 H
Melihat Pembuatan Alquran Raksasa di Wonosobo, Ditulis Tangan, Ada yang Setinggi Orang Dewasa
Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz yang berlokasi di Jalan Raya Dieng-Krasak, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo terlihat begitu megah.
Penulis: Imah Masitoh | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNMURIA.COM, WONOSOBO - Masjid Baitul Qur'an KH Muntaha Al Hafidz yang berlokasi di Jalan Raya Dieng-Krasak, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo terlihat begitu megah.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur perpaduan dari beberapa masjid seperti Masjid Nabawi, Andalusia, Turki, hingga Jawa.
Sejak peletakan batu pertama pada tahun 2018 silam, kini masjid ini sudah banyak menjadi rujukan wisata religi saat ke Wonosobo.
Berada di kawasan Kampus 2 Unsiq Wonosobo, masjid ini memiliki 4 lantai dengan kubah yang begitu besar.
Salah satu hal yang menarik dari masjid ini, ialah adanya Baitul Qur'an yang berada di lantai 4 masjid ini. Merupakan sebuah tempat khusus yang menyimpan dan membuat Alquran raksasa.
Disebut raksasa, pasalnya Alquran ini memiliki ukuran berkali-kali lipat dari ukuran kitabullah pada umumnya.
Lebih mencengangkan lagi, keseluruhan Alquran raksasa ini ditulis tangan tidak menggunakan mesin sama sekali.
Sosok Hayatuddin menjadi penulis pertama sejak tahun 1991 hingga sekarang yang menulis setiap ayat Alquran raksasa ini.
Terdapat 3 ukuran pembuatan Alquran di sini. Ukuran paling besar 2 x 1,5 meter atau setinggi orang dewasa, ukuran sedang 1,5 x 1 meter, dan ukuran paling kecil 100 x 75 sentimeter.
Baca juga: Menengok Percetakan Alquran dan Kitab Menara Kudus, Berdiri Sejak 1952, Produktif Sampai Sekarang
Baca juga: Serunya Belajar Islam dari Alquran dari Turki Hingga Kaligrafi Al Ittihad di Museum Jenang Kudus
Hayatuddin menceritakan, awal mula menulis Alquran raksasa ini, setelah mendapat perintah langsung dari gurunya KH Muntaha yang terkenal dengan sapaan Mbah Mun.
Beliau merupakan ulama terkenal di Wonosobo sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Asy'ariyyah, Kalibeber dulunya.
Dalam sejarahnya pada waktu itu, Belanda menyerbu wilayah Kalibeber. Belanda turut memusnahkan mushaf Alquran yang ada di sana.
Salah satunya mushaf Alquran milik KH Muntaha yang ditulis oleh kakeknya Abdurrahim, yang konon ditulis kakeknya dalam perjalanan berangkat dan pulang haji dari tanah suci ikut dibakar pasukan Belanda yang menyerbu Kalibeber.
"Dulu mbah Mun sering membaca Alquran itu. Setelah tragedi itu, kemudian Mbah Mun ingin melanjutkan kakeknya yang menulis Alquran. Karena mbah Mun kemungkinan ada keterbatasan kemampuan untuk menulis, akhirnya memerintahkan santri, kebetulan saya yang ditunjuk," ujar Hayatuddin.
Ide awalnya, Mbah Mun hanya ingin membuat Alquran berukuran 1 x 0,5 meter saja. Ide ini disampaikan kepada menteri Penerangan pada waktu itu, Harmoko yang saat itu kunjungan ke Wonosobo.
Tidak disangka menteri Harmoko berkenan menyumbangkan kertas untuk menulis Alquran ini dengan berukuran yang lebih besar yakni 2 x 1,5 meter.
Hayatuddin mengungkapkan dalam menulis Alquran raksasa ini dibutuhkan keahlian dan ketelatenan. Setiap menulis, Hayatuddin selalu menjaga wudhunya.
Proses pembuatan satu Alquran raksasa mencapai waktu selama satu tahun lamanya.
Saat ini, Hayatuddin sedang menyelesaikan Alquran raksasa yang ke-13.
Alquran raksasa ini dipesan dari berbagai wilayah di Indonesia. Alquran raksasa yang dibuat di sini juga ada yang disimpan di istana Sultan Hassanal Bolkiah, Brunei Darussalam.
Saat ini Alquran milik Presiden Republik Indonesia Joko Widodo masih tersimpan pada etalase kaca khusus di dalam masjid ini.
Alquran raksasa di sini dibuat menggunakan tangan manual secara keseluruhan baik ayatnya hingga hiasan border Alquran. Hayatuddin dibantu sekitar lima orang untuk menyelesaikannya.
Proses pembuatan Alquran raksasa dimulai dengan membuat sketsa ayat yang akan ditulis menggunakan pensil.
Kemudian sketsa ayat akan ditulis menggunakan tinta secara manual. Setelah itu akan mulai dilakukan border dengan hiasan ditepian kertas.
Setelah itu, setiap ayat akan dikoreksi hingga kurang lebih 3 kali untuk memastikan tidak ada kesalahan penulisan ayat. Tiap lembar ini akan disusun dan diurutkan, yang kemudian akan dijilid dan diberi sampul.
Hayatuddin menambahkan, adanya Alquran raksasa ini sebagai simbol untuk senantiasa memasyarakatkan kitabullah.
"Karena Alquran itu diturunkan Allah untuk manusia sebagai pedoman hidup agar dibaca, dipahami, dihayati dan diamalkan. Insyallah bisa menciptakan hidup tentram di dunia hingga akhir," jelasnya. (ima)
Melihat dari Dekat Masjid di Puncak Gunung Muria Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Kabupaten Kudus |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadan Hari Ke-29, Kamis 20 April 2023 untuk Kabupaten Pati |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari ke-26 Ramadan, Senin 17 April 2023 untuk Kota Semarang |
![]() |
---|
Anak dan Remaja Lintas Desa Ramaikan Lomba Tongtek Penggugah Sahur di Masjid Ar Rahman Blora |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadan Hari ke-26, Senin 17 April 2023 untuk Wilayah Kabupaten Batang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.