Berita Kudus

Kasus Anak Bunuh Ibu Kandung di Kudus, Begini Sudut Pandang Piskologi dari Dosen UMK

Dosen Psikologi UMK Kudus, Tinon Citraning Harisuci, angkat suara terkait kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak terhadap ibu kandung.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/REZANDA AKBAR
Pelaku pembunuhan ibu kandungnya di Desa Jekulo, Kudus berinisial AB, usai diringkus Kepolisian Polres Kudus. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Dosen Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) Tinon Citraning Harisuci, angkat suara terkait kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak terhadap ibu kandungnya sendiri di Desa Jekulo.

Menurutnya, ada banyak faktor psikis yang melatarbelakangi hal itu terjadi. 

“Secara psikologi kalau sampai berbuat seperti itu (pembunuhan), artinya secara kesehatan mentalnya dia sedang tidak baik-baik saja, sedang merasa tidak nyaman. Kondisi ketidaknyamanan ini meledaknya bisa sampai pada kondisi perilaku destruktif, hingga mencelakai orang lain,” tutur Tinon di UMK, Kamis (29/12/2022).

Baca juga: Momen Libur Nataru, Harga Tiket Bus di Terminal Ngawen Naik Rp20 Ribu

Kondisi tidak nyaman tersebut, sambung Tinon, penyebabnya juga beraneka ragam.

Salah satunya kecenderungan dari faktor genetik untuk agresif yang mengarah pada antisosial atau genetik psikopat.

“Setiap orang, dalam beberapa teori psikologi itu membawa sifat bawaan agresif, hanya saja norma serta contoh yang ia terima dari lingkungan juga turut mempengaruhi perilakunya,” jelasnya.

Lingkungan dalam hal ini tidak terbatas pada orang-orang di sekitar saja. 

Melainkan juga internet, media sosial, dan lain sebagainya yang bersifsat mendorong untuk berperilaku agresif.

Selain itu, indikasi lain yang berpotensi menjadi penyebab perilaku destruktif antara lain, kematangan atau kecerdasan emosional, faktor lingkungan.

Kemudian, terdapat pula kecerdasan spiritual, dan faktor role model genetik untuk pelaku destruktif.

“Misalnya kalau lagi marah, suka banting barang atau apa, nah hal ini akan terekam dalam memori, dan hal itu bisa juga menjadi penyebab dalam berperilaku agresif atau destruktif itu tadi,” terangnya.

Baca juga: Mau Malam Tahun Baru di Bandungan Kabupaten Semarang, Cek Arah Pengalihan Jalan

Namun demikian, Tinon menegaskan, dirinya tidak bisa menghakimi latarbelakang atas perilaku tersangka pembunuhan tersebut. 

Akan tetapi, secara umum hal itu bisa diketahui dari gangguan apa yang sedang tersangka alami.

“Untuk penanganannya sendiri pastinya psikoterapi, dan kalau memungkinkan farmakoterapi dengan obat-obatan untuk gangguan tertentu,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, AB ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan ibu kandungnya di Jekulo Kudus.

Ia mengaku sadar ketika melakukan tindakannya.

Dirinya beralasan, bahwa tindakan yang dia lakukan berdasarkan rasa kecewanya.

Menurutnya, apa yang dia lakukan tidak pernah benar di mata ibunya.

"Saya tidak pernah dipukul ibu saya, tapi kata-katanya sering menyakiti perasaan. Apa yang saya perbuat dan saya lakukan tidak pernah benar menurut ibu saya," ungkapnya, Rabu (28/12/2022).

Sehingga, korban dan tersangka sering cekcok. 

"Saya sadar, waktu mencekik juga sempat meminta tolong, tapi tetap saya lakukan. Saya mengambil pisau secara spontan, waktu mengecek nadi, saya langsung ke dapur mengambil pisau," jelasnya.

Dirinya juga tidak terpengaruh alkohol saat melakukan aksinya.

Usai melakukan aksinya, saat kabur pelaku mengatakan alasan dirinya kecelakaan tunggal di depan Polsek Kota.

"Saya mau ke rumah adik saya. Waktu di jalan sempat bingung dan linglung teru saya nabrak. Waktu itu dibawa ke rumah sakit," ucapnya.

Saat ini, AB hanya bisa menyesali perbuatannya usai tangannya terikat borgol.

Terpisah, Kapolres Kudus, AKBP Wiraga Dimas Tama menyebutkan, pelaku pembunuhan ibu kandung berinisial AB sempat mamastikan kematian sang ibunya sebelum dirinya pergi meninggalkan rumah.

Hal tersebut diungkap saat konferensi pers di Mapolres Kudus, Rabu (28/12/2022) yang menghadirkan pelaku berinisial AB dan barang-barang bukti pembunuhan.

Sebelum AB dengan keji menghabisi nyawa ibu kandungnya, AB sempat cekcok terlebih dahulu karena kondisi perut AB yang lapar dan tidak ada makanan di rumahnya.

Dari keterangan kepolisian, sekitar pukul 19.00, tersangka menuju kamar korban untuk meminta makanan kepada ibunya.

Namun korban menjawab bahwa tidak ada makanan.

Selain itu, korban juga menanyakan kepada tersangka kenapa keluar rumah terus dan melarang tersangka untuk keluar dari rumah.

Perkataan tersebut, memicu emosi dari tersangka yang akhirnya tega menghabisi nyawa dari ibu kandungnya.

Tersangka mencekik leher korban hingga lemas dan membenturkan ke keramik empat kali.

Baca juga: Tanggul di Pantai Marina Jebol, Puluhan Rumah Mewah Terendam Banjir

"Setelah mencekik, tersangka memastikan kematian korban terlebih dahulu, kemudian mengambil pisau dan menyayat tangan kiri korban," ucap Kapolres Kudus.

Namun goresan di lengan kiri korban bukan penyebab kematian.

"Korban meninggal karena cekikan dari tersangka. Bukan dari sayatan di tangan kiri," ucapnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved