Tragedi Kanjuruhan

Temuan Komnas HAM: Kerusuhan Kanjuruhan Tak Ditimbulkan Suporter, Pertanyakan Dalih Aparat

Temuan Komnas HAM atas Tragedi Kanjurhan menyebut kerusuhan tak ditimbulkan oleh suporter, pertanyakan dalih aparat tembakkan gas air mata ke tribun.

KOMPAS.com/SUCI RAHAYU
Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam saat memberi keterangan kepada awak media terkait penyelidikannya pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Rabu (5/10/2022) malam. 

TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Hasil temuan penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) atas Tragedi Kanjuruhan, menyebut kerusuhan dalam stadion tak ditimbulkan dari suporter yang masuk lapangan.

Komnas HAM justru mempertanyakan dalih aparat keamanan yang menenbakkan gas air mata ke arah tirbun penonton, di Stadion Kanjruhan, Kabupaten Malang, pada Satu 1 Oktober 2022 malam, lalu.

Temuan awal Komnas HAM ini menjadi pijakan untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam.

Kronologi penonton turun lapangan

Sebelumnya, dua orang suporter turun dari tribun di bawah papan skor usai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berakhir dengan skor 2-3.

Aksi ini kemudian diikuti oleh suporter lain dari tribun yang berbeda.

Dari yang awalnya hanya dua orang jadi ratusan.

Aksi ini yang ditengarai jadi alasan bagi aparat keamanan meningkatkan tahapan penanganan.

Dari yang awalnya hanya mengamankan beberapa suporter yang masuk, sampai kemudian menembakkan gas air mata.

Kendati begitu, Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam menegaskan bahwa situasi tidak langsung rusuh saat suporter masuk ke lapangan.

“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10) ini, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya,” tuturnya.

Choirul Anam melakukan pengecekan kepada suporter yang turun ke lapangan dan pemain Arema FC.

Tak ada niat suporter untuk rusuh

Dari penelusurannya itu, ia mendapati bahwa tidak ada niat sama sekali dari suporter untuk membuat suasana jadi rusuh.

Sebaliknya, suporter yang awalnya turun ke lapangan itu hanya ingin memberikan semangat kepada para pemain yang baru saja menelan kekalahan.

Hal itu dibuktikan oleh para pemain yang tidak mendapatkan luka atau perlakuan tidak mengenakkan dari suporter.

“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” kata pria berusia 45 tahun.

“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka.”

“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” imbuhnya.

Pertanyakan dalih aparat tembakkan gas air mata

 Jadi, Choirul Anam berharap penemuan awal ini bisa jadi gambaran di awal bagi para korban dan masyarakat yang penasaran dengan hal tersebut.

Ia justru mempertanyakan dalih aparat keamanan menembbakan gas air mata ke tribune penonton.

“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik?"

"Harus kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini,” ujarnya.

“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu.”

4 fakta temuan Komnas Ham

Sementara, dilansir Tribunnews.com, berikut 4 fakta temuan Komnas HAM dalam penyelidikan di lapangan.

1. Aremania tak berniat ricuh

Tragedi di Stadion Kanjuruhan dipastikan terjadi bukan karena aksi suporter Arema FC atau Aremania.

Komnas HAM telah melakukan pengecekan kepada para pemain Arema FC dan suporter yang turun ke lapangan.

Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan Aremania turun ke lapangan bukan karena merasa kecewa jagoannya kalah.

Justru, mereka menghampiri para pemain untuk memberi semangat karena menelan pil pahit seusai kontra melawan Persebaya Surabaya.

Hal ini, kata Choirul Anam, dibuktikan dengan tidak adanya para pemain yang terluka ataupun mendapat perlakuan tak mengenakkan dari Aremania.

2. Penyebab ratusan korban tewas

Lebih lanjut, Choirul Anam juga membeberkan soal kondisi jenazah korban tragedi Kanjuruhan yang menunjukkan indikasi penyebab kematian.

Informasi soal jenazah korban tragedi Kanjuruhan didapatkan Komnas HAM dari pihak keluarga, Aremania, ataupun relawan.

Choirul Anam mengungkapkan, banyak jenazah yang kondisi wajahnya biru dan matanya merah.

Kondisi ini, kata Choirul Anam, kemungkinan besar disebabkan karena kekurangan oksigen dampak dari gas air mata yang ditembakkan polisi.

"Kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," terang Anam, dilansir Tribunnews.com.

Selain itu, ia juga menjelaskan karakter luka korban yang mengalami luka-luka.

Menurut Choirul Anam, mereka mengalami kondisi luka yang bermacam-macam diantaranya patah kaki, patah rahang, dan memar.

"Ada beberapa yang sangat memperihatinkan karena kena gas air mata adalah kondisi mata. Matanya sangat merah," ujarnya.

3. Hanya dua pintu yang dibuka saat kerusuhan

Choirul Anam memaparkan kondisi Stadion Kanjuruhan ketika kerusuhan terjadi pada Sabtu lalu.

Menurut hasil investigasi sementara, Komnas HAM menemukan hanya ada dua pintu keluar stadion yang dibuka, dari total 14 pintu, saat kerusuhan terjadi.

"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," terang Choirul Anam, dilansir Tribunnews.com.

4. Ada indikasi pelanggaran HAM

Lebih lanjut, Choirul Anam mengatakan pihaknya menemukan indikasi adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada tragedi Kanjuruhan.

Choirul Anam pun menilai indikasi pelanggaran itu bisa dilihat oleh masyarakat.

"Tidak hanya Komnas HAM yang bisa ngomong ini ada dugaan pelanggaran HAM. Semua masyarakat, terutama yang menonton video pasti akan bersepakat ini adalah pelanggaran HAM," tegasnya, dikutip dari Kompas.com.

Beberapa hari terakhir, beredar banyak video tentang apa saja yang terjadi saat tragedi Kanjuruhan.

Dari situ, kata Choirul Anam, masyarakat bisa menilai bahwa ada pelanggaran HAM dalam kerusuhan tersebut.

"Bisa bilang ada kekerasan di situ. Nah, kalau kita ngomong ada kekerasan di situ, maka dugaannya sangat kuat bahwa ada dugaan pelanggaran HAM di sana," ungkapnya. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Temuan Awal Komnas HAM: Kerusuhan Terjadi Bukan karena Suporter Masuk Lapangan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved