Berita Jateng

Harga Kedelai Melambung, Perajin Tahu di Ungaran Kabupaten Semarang Curahkan Isi Hati

Harga kedelai impor yang mengalami kenaikan sejak akhir September 2022 menimbulkan sejumlah dampak, terutama di kalangan perajin tahu.

Penulis: Fariz Rahman Burhani | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/REZA GUSTAV
Perajin tahu di Desa Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memberikan keterangannya soal naiknya harga kedelai, Rabu (5/10/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, UNGARAN - Harga kedelai impor yang mengalami kenaikan sejak akhir September 2022 menimbulkan sejumlah dampak, terutama di kalangan perajin tahu.

Di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah sendiri, terdapat seorang perajin tahu yang diketahui mengalami kerugian semenjak beberapa waktu terakhir.

Indah (50), seorang perajin dan produsen tahu di Dusun Jatisari, Desa Gedanganak, Kecamatan Timur mengungkapkan, naiknya harga kedelai yang mulai merangkak sedikit demi sedikit membuatnya tidak bisa melakukan langkah apapun.

Beberapa pekan lalu, sebut Indah, harga kedelai yang ia beli pada angka Rp 11.800, namun beberapa waktu belakangan sudah mencapai Rp 12.900.

Baca juga: Nikmatnya Pecak Patin Pak Kus Purbalingga, Kuah Kuningnya Kaya Rempah Bikin Nagih

“Kalau sedikit-sedikit begini kami mau menaikkan harga tahu juga tidak bisa.
Kecuali kalau banyak sekalian, masyarakat atau konsumen bisa mengerti dan menjadi maklum kalau kami menaikkan harga.

Paling-paling mengecilkan ukuran potongannya, misalnya satu kotak itu dulu dipotong jadi 75 biji sekarang jadi 80 untuk meminimalkan kerugian,” ujar Indah kepada Tribunjateng.com, Rabu (5/10/2022).

Dari hasil produksinya, harga tahu per bijinya ia banderol berkisar antara Rp 250 sampai Rp 500.

Imbas dari harga kedelai yang terus mengalami kenaikan itu, lanjut Indah, membuatnya harus terus menerima kerugian.

Indah yang juga pedagang tersebut membeli kedelai atau bahan utama tahu tersebut sebanyak 200 kilogram per harinya untuk dibuat menjadi tahu baik mentah atau matang dan dijual di Pasar Babadan.

“Jadi dikali saja, per kilogram (kedelai) saya beli Rp 12.900, jadinya Rp 2.580.000.
Kemudian per harinya biaya untuk tenaga tiga orang, minyak goreng 34 kilogram, total Rp 3.500.000 modalnya.

Nah sejak beberapa waktu terakhir, bahkan hari ini saya berjualan cuma bisa dapat Rp 3 juta, itu artinya tombok (rugi) Rp 500 ribu lagi,” imbuhnya.

Total kerugian yang Indah terima karena belum menaikkan harga tahunya sejak awal kenaikan harga hingga saat ini yakni sebanyak sekitar Rp 5 juta.

Dia berharap pemerintah dapat segera menemukan solusi bagi para perajin tahu ataupun menekan harga kedelai impor.

“Jujur periode pertama Presiden Jokowi kalau kedelai naik, turunnya cepat. Nah sekarang kalau naik, kok malah naik lagi, naik lagi,” keluhnya.

Di tingkat pasar sendiri, misalnya di Pasar Bandarjo Ungaran, harga tahu masih stabil atau belum mengalami perubahan per hari ini.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved