Berita Semarang
Bukan Cuma Enak, Jualan Getuk Lindri Keliling Kampung di Semarang, Giman Raup Omzet Rp 6 Juta/Bulan
Suara musik dangdut sudah mencari ciri khas para penjual getuk lindri di manapun mereka berada.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
Berhubung sudah ciri khas, hampir seluruh pedagang getuk lindri pakai musik dangdut.
"Di Medan, Kalimatan, Jakarta, semua sama pakai musik. Jenis musiknya campur-campur sesuai selera yang jualan," sambungnya.
Ia mengatakan, sedikit tahu soal sejarah getuk lindri. Makanan terbuat dari singkong itu mulanya dibuat oleh Mbah Mohtar asal Magelang.
Makanan itu dulunya jadi pengganti nasi saat pulau Jawa alami paceklik.
"Ya tahunya sejarahnya itu saja. Memang makanan ini ada sejarahnya sehingga memang cocok sama lidah semua orang baik tua dan muda," ungkapnya.
Ia menambahkan, mayoritas pedagang getuk lindri di Semarang berasal dari Boyolali.
Kelompoknya sendiri ada empat orang. Ia sendiri tidak hafal berapa kelompok penjual getuk lindri di Semarang.
Diakuinya, jumlah penjual getuk lindri kian berkurang karena banyak yang sudah pergi pulang kampung untuk membuka usaha sendiri.
"Ya kalau kami beda kampung, di Semarang banyak yang dari Boyolali," ucapnya.
Sementara itu, penikmat getuk lindri, Fikri mengatakan, makanan getuk lindri enak disantap saat pagi hari bersanding kopi.
Baginya,lembutnya getuk dan gurihnya kelapa menjadi pelengkap kopi hitam.
Baca juga: Relawan Erick Thohir atau Jaket Presiden 2024 Deklarasi Dukungan di Brebes
Baca juga: Wali Kota Aaf Ingatkan Warga Pekalongan Tuntaskan Vaksinasi Booster untuk Cegah Covid-19
"Kelebihan lainnya makanan ini tanpa pengawet sehingga sehat dikonsumsi," paparnya kepada TribunMuria.com.
Lebih dari itu, ia menganggap, menyantap getuk lindri juga bagian dari wujud nguri-nguri budaya di bidang kuliner.
"Makanan ini menjadi jajanan sehat yang merupakan warisan tradisi Jawa yang harus dirawat dengan sering menyantapnya agar penjual getuk lindri tetap eksis," tandas anak muda sembari mengunyah getuk. (*)