Berita Semarang
Bukan Cuma Enak, Jualan Getuk Lindri Keliling Kampung di Semarang, Giman Raup Omzet Rp 6 Juta/Bulan
Suara musik dangdut sudah mencari ciri khas para penjual getuk lindri di manapun mereka berada.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
Selanjutnya, gerobaknya akan melaju ke Ngaglik, Kaliwiru, Papandayan, hingga Tegalsari.
"Berangkat pukul 09.00 pulang pukul 15.00 WIB, alhamdulillah setiap hari habis," terangnya.
Ia menjelaskan, pembelinya beragam umur mulai muda sampai tua, mereka para pelanggannya sangat menyukai makanan tradisional getuk.
Getuk lindri masih banyak disukai karena makanan tradisional yang masih asli.
Camilan itu juga cocok untuk pengganjal perut.
"Makanan tanpa obat-obatan, pewarna makanan juga alami jadi aman.
Nikmat dicampur parutan kelapa, gula pasir dan sedikit garam," bebernya.
Ia mengungkapkan, berjualan sejah puluhan tahun sehingga sudah melalang buana di pelbagai Kota di antaranya di Sragen, Jogja dan Kota Semarang.
"Paling sepi di Jogja sebab warga Jogja sukanya klepon, jualan getuk di sana ga rame," ungkapnya.
Khusus di Kota Semarang,ia sudah mencoba dua rute yakni Gondorio, Kedungpane, Ngaliyan dan wilayah Semarang Tengah.
"Alhamdulillah kalau Kota Semarang ramai jadi sudah delapan tahun di sini," jelasnya.
Ia menyebut, soal musik dangdut yang digunakan oleh pedagang getuk lindri memang sudah menjadi ciri khas.
Menurutnya rasanya kurang lengkap berjualan getuk lindri tanpa dentuman suara dangdut.
Ia pun menyediakan secara khusus perlengkapan musik gerobaknya meliputi aki sepeda motor, TOA dan amplifier.
"Kalau lewat di wilayah kampus-kampus setelnya dangdut karena banyak yang suka. Nanti jam 11 siang ke atas nyetelnya musik campursari saat lewat perkampungan," tuturnya.