Berita Semarang

Isu PMK Jadi Kewaspadaan RPH Jelang Iduladha, Kini Pilih Pasokan dari Daerah Aman

Seusai adanya berbagai pelonggaran setelah pandemi Covid-19 reda, rumah potong hewan kini kembali waspada dalam persiapan menyambut Iduladha.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Moch Anhar
TRIBUN JATENG/IDAYATUL ROHMAH
Seorang pria tampak sedang memberi makan sapi. 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Seusai adanya berbagai pelonggaran setelah pandemi Covid-19 reda, rumah potong hewan kini kembali waspada dalam persiapan menyambut Iduladha.

Kewaspadaan kini bukan lagi soal pandemi, tetapi terkait wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak utamanya sapi.

"Untuk Covid-19, tahun ini sudah ada pelonggaran dari pemerintah sehingga tidak lagi pakai antigen. Cuma tetap jaga prokes dengan pakai masker dan pembatasan pengunjung.

Sekarang ini lagi banter isu PMK, jadi RPH harus men-screening sapi-sapi yang masuk," kata Kepala Unit RPH dan BHP Kota Semarang, Ika Nurawati saat dihubungi TribunMuria.com, Senin (30/5/2022).

Baca juga: 390 Calon Jemaah Haji Lakukan Manasik Perdana di Islamic Center Batang

Baca juga: Vakum Sembilan Tahun, Lomba Tilawah Quran di Kendal Kini Diikuti 400 Santri

Baca juga: Tumbuhkan IKM Baru, Kemenperin Gelar Bimtek Wirausaha di Empat Kabupaten Jawa Tengah

Ika melanjutkan, terkait persiapan RPH Semarang dalam layanan jasa pemotongan hewan kurban sekaligus penyediaan hewan kurban menjelang hari Raya Idul Adha 2022 sendiri disesuaikan dengan Surat Edaran Menteri Pertanian Nomor 03/SE/PK.30OM5/2022 tanggal 18 Mei 2022.

Surat edaran tersebut mengatur tentang Pelaksanaan Kurban dan Pemotongan Hewan dalam Situasi Wabah Penyakit Mulut dan Kuku. 

Dalam hal ini, kata dia, RPH Semarang akan melakukan sejumlah antisipasi terkait risiko kegiatan kurban mulai dari tempat penjualan hewan kurban hingga tempat pemotongan hewan kurban di tengah maraknya isu PMK.

"Sapi-sapi yang masuk ini harus jelas asal-usulnya, kemudian kami cek kesehatannya. Intinya, kami berangkat dari surat edaran Kementan tentang kurban, pelaksanaan, dan kewaspadaan terhadap PMK. Sehingga untuk kurban nantinya, segala kemungkinan berkaitan PMK harus siap," terang Ika.

Di sisi lain, Ika melanjutkan, dalam proses screening yang dilakukan RPH Semarang yakni mulai dari administrasi hingga pengecekan ulang terkait hewan kurban.

Sementara untuk mencegah kemungkinan penularan virus pada hewan ternak tersebut, disebutkan, untuk sementara pihaknya memilih pasokan hewan kurban dari daerah yang dirasa masih aman dari wabah.

"Proses screening ini dari administrasi, terkait sapi yang masuk itu harus ada suratnya dan dari daerahnya, daerah wabah atau tidak.

Ya prinsipnya seperti Covid dahulu, kami lihat berdasarkan zona. Kami pilih pasokan sapi dari daerah-daerah yang aman," ungkapnya.

Ika menyebutkan, adapun daerah-daerah pemasok tersebut saat ini masih cukup dalam wilayah Jawa Tengah.

"Daerah di Jateng memang ada beberapa yang memang kasusnya agak berat, kami tidak ambil dari sana.

Sekarang kami ambil yang dekat-dekat saja seperti Demak, Kudus, dan Pati.

Baca juga: Hingga Semalam Pukul 7 Waktu Bern, Emil Anak Ridwan Kamil yang Hanyut di Swiss Belum Diketemukan

Baca juga: Pria Paruh Baya di Brebes Babak Belur Dihajar Massa, Kepergok Curi Motor Petani Cabai di Sawah

Baca juga: Pelindo III Serahkan Aset Lahan Pesisir ke Pemkot, Tanggul Laut Segera Dibangun

Paling jauh Magelang dan Wonosobo," terangnya.

Ika menambahkan, seperti tahun-tahun sebelumnya, selain jasa pemotongan, RPH Semarang juga akan menyediakan hewan kurban untuk konsumen yang ingin memotong hewan kurban tapi belum punya hewan yang akan dikurbankan.

Namun ia menyebutkan, untuk waktu penyediaan dan jumlah pasokan, pihaknya saat ini belum bisa memastikan. Juga terkait harga pasti hewan kurban yang dijual nantinya.

Ia memastikan, paling tidak hewan kurban akan tersedia dua minggu sebelum Hari Raya Iduladha.

"Tahun ini masih kami sediakan hewan-hewan kurban, tapi belum masuk. Kami masih fokus jual secara online.

Kalau melihat data tahun kemarin itu kurban sekitar 3.000 ekor di Semarang. Artinya animo masyarakat untuk kurban tahun ini tinggi.

Cuma karena isu PMK, kemarin juga koordinasi dengan dinas terkait ini akan seperti apa masih ditata lagi. Nanti kami ikuti regulasinya.

Siapnya H-2 minggu, itu paling lambat," terangnya.

Perkirakan Harga Hewan Kurban Melonjak

Meski belum memastikan terkait harga hewan kurban nantinya, Ika menyebutkan, diperkirakan akan mengalami lonjakan cukup signifikan.

Untuk saat ini saja, ia menyebutkan, kenaikan setiap ekor sapi berada pada kisaran Rp 1 juta dari tahun lalu 

Kenaikan dimungkinkan masih terjadi jelang Hari Raya Iduladha nanti.

"Terus terang di lapangan harga sapi ini naiknya 'gila-gilaan'. Kami belum berani memastikan harga.

Untuk sekarang, kenaikannya itu bisa sekitar Rp 1 juta - Rp 1,2 jutaan dari tahun kemarin," jelasnya.

Sementara, ia melanjutkan, kenaikan harga yang terjadi ini cukup wajar di tengah menipisnya pasokan dan adanya isu PMK yang merebak.

"Harga sapi pasti (mengalami) kenaikan, jadi harus selektif. Petani kalau sapi sehat dijual dengan harga tinggi, kalau ada harga rendah kami malah curiga jangan-jangan ini sapi yang sakit. Itu kami waspadai," tukasnya.

Terpisah, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPDS) Semarang Hery Setiawan sebelumnya menyebutkan, terkait harga daging sapi terjadi kenaikan saat jelang ramadhan dan jelang hari Raya Idulfitri.

Adapun total kenaikan Rp 12.000 untuk setiap kilogram sapi, kemudian turun sebesar Rp 2.000 pasca lebaran.

Saat ini, pedagang daging di pasar-pasar menjual daging dengan kisaran Rp 135 ribu sampai Rp 140 ribu per kilogram.

"Harga daging sapi mencapai sekitar Rp 140 ribu. Dengan penurunan Rp 2.000, pedagang menyesuaikan karena pedagang juga menjual daging berbeda-beda, ada yang bersih, semi kotor, dan lain sebagainya," terangnya.

Hery tidak memungkiri dengan penurunan harga tersebut, harga daging sapi tetap naik tahun ini.

Kenaikan seperti pada tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata terjadi saat hari-hari besar seperti Hari Raya Idulfitri serta Natal dan Tahun Baru.

Menurut dia, kenaikan harga terjadi karena tingginya permintaan.

Ia menyebutkan, melonjaknya permintaan yang di luar perkiraan ini membuat banyak pedagang yang kehabisan stok sapi.

Hal itu membuat para pedagang terpaksa mengambil porsi sapi yang seharusnya dikeluarkan pasca lebaran.

"Stok menipis sekali karena (lebaran) kemarin (permintaan) deras. Akhirnya barang yang harusnya dikeluarkan pasca lebaran, dihabiskan kemarin," ungkapnya.

Baca juga: Cerita Jembatan Karangsambung Kudus, Dibangun Belanda, Besi Sudah Berkarat Masih Digunakan Warga

Baca juga: Diduga Akibat Korsleting, Tiga Mobil dalam Garasi Sebuah Koperasi di Pati Terbakar

Baca juga: Jembatan Karangsambung Kudus, Dibangun Belanda Konstruksi Besinya Sudah Berkarat

Di sisi lain, ia menyebutkan, pihaknya sebelumnya telah mencari pasokan sapi dari wilayah Jawa Timur.

Namun, permintaan cukup tersendat sebab adanya isu penyakit mulut dan kuku di wilayah tersebut.

"Kami cari di Jawa Timur, mendapat informasi soal isu penyakit mulut dan kuku. Jadi harus benar-benar steril, ke sini dalam kondisi sehat," imbuhnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved