Sepak Bola Lokal

Persipa Pati Pertimbangkan Gelora Bumi Kartini Jadi Home Base Arungi Liga 2, Dian: Ada Opsi Lain

Persipa Pati Pertimbangkan Gelora Bumi Kartini Jadi Home Base Arungi Liga 2, Dian: Ada Opsi Lain Stadion Citarum Semarang

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Manajer Persipa Pati, Dian Dwi Budianto. 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Persipa Pati mempertimbangkan Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara sebagai alternatif kandang (home base) mereka dalam perhelatan Liga 2 mendatang.

Memang, tim berjuluk Laskar Saridin ini terancam tidak bisa bermain di kota sendiri lantaran Stadion Joyokusumo Pati tidak lolos verifikasi PSSI.

Beberapa aspek jadi pertimbangan verifikator PSSI. Namun, yang paling menonjol ialah penggunaan lapangan rumput sintetis yang dianggap spesifikasinya tidak memenuhi standar.

Baca juga: Ketua Umum Persipa Minta Pemkab Pati Bisa Buktikan Lapangan Stadion Joyokusumo Berstandar FIFA

Baca juga: Cari Merchandise Resmi Persipa Pati? Dapatkan di Persipa Office Store yang Baru Diresmikan Ini

Baca juga: Pimpin Laskar Saridin Promosi ke Liga 2, Joni Kurnianto Terpilih Jadi Ketum Persipa Pati Definitif

Akan menjadi ironi apabila Persipa tidak bisa bermain di kota sendiri pada musim pertamanya setelah promosi ke Liga 2.

Manajer Persipa Pati Dian Dwi Budianto menuturkan, selain Stadion GBK Jepara, pihaknya juga mempertimbangkan Stadion Citarum Semarang sebagai opsi lain.

Namun, ia menegaskan, bermain di Jepara dan Semarang adalah opsi kedua dan ketiga.

Pihaknya masih akan berjuang keras agar bisa bermain di Stadion Joyokusumo.

“Kami tetap perjuangkan Joyokusumo dulu. Opsi selanjutnya baru Jepara, bisa juga Citarum,” ungkap dia, Jumat (13/5/2022).

Ia juga akan mengupayakan agar latihan rutin anak-anak asuhnya bisa dilakukan di Stadion Joyokusumo.

Menurut dia, bermain di luar kota akan merugikan tim, terutama dari sisi keuangan.

Manajemen harus mengeluarkan biaya sewa lapangan, transportasi, dan biaya operasional ekstra lainnya apabila terpaksa bermain di luar kota.

Di luar persiapan stadion, Persipa Pati juga telah melakukan langkah-langkah lain jelang bergulirnya liga.

Di antaranya ialah berkomunikasi dengan pemain incaran dan menggaet sponsor.

“Semoga sponsor musim lalu bertahan dan ada sponsor baru yang datang,” tandas dia.

Rumput Stadion Joyokusumo untuk futsal

Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati melakukan penambahan rubber granule di lapangan rumput sintetis Stadion Joyokusumo, Rabu (13/4/2022).
Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati melakukan penambahan rubber granule di lapangan rumput sintetis Stadion Joyokusumo, Rabu (13/4/2022). (TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal)

Terpisah, sebelumnya Ketua Umum Persipa Pati Joni Kurnianto meminta Pemerintah Kabupaten Pati mendatangkan Labosport untuk melakukan sertifikasi lapangan Stadion Joyokusumo.

Hal ini menurutnya akan menjadi solusi atas polemik yang terjadi setelah hasil verifikasi PSSI menyatakan bahwa Stadion Joyokusumo tidak layak untuk menggelar pertandingan Liga 2.

Untuk diketahui, dalam surat yang dikeluarkan 26 April 2022, PSSI menyatakan bahwa stadion kebanggaan warga Pati ini tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam kategori stadion sesuai Regulasi Stadion PSSI.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah PSSI melakukan verifikasi faktual di Stadion Joyokusumo pada 22-23 April lalu.

Terdapat beberapa aspek yang membuat stadion ini dianggap tidak layak.

Namun, yang paling menonjol ialah mengenai lapangan rumput sintetis yang dianggap tidak sesuai standar.

Padahal, Pemerintah Kabupaten Pati telah menghabiskan dana tak kurang dari Rp 8,7 miliar untuk memasang rumput sintetis tersebut.

Isu bahwa rumput sintetis di Stadion Joyokusumo tidak sesuai standar telah merebak sejak Februari lalu, saat Persipa Pati masih bermain di Liga 3 Nasional.

Namun, ketika itu Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Pati melalui Kabid Keolahragaan Kardi mengklaim bahwa rumput sintetis di Stadion Joyokusumo sudah berlisensi FIFA.

"Solusi untuk pemerintah, dalam hal ini DPUTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) sebetulnya gampang. Kemarin kan katanya rumputnya memang standar FIFA."

"Tinggal kalau FIFA belum keluarkan surat, ada lembaga namanya Labosport. Tinggal panggil saja, dicek, nanti dia keluarkan surat. Dia sebagai surveyornya. Kalau memang itu asli (kualitasnya berstandar FIFA), gampang itu," ujar Joni ketika diwawancarai di Persipa Office & Store, Jumat (29/4/2022) petang.

Dilansir dari situsweb resmi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Labosport merupakan konsultan independen terbesar di dunia dalam bidang sarana-prasarana olahraga.

Labosport digunakan oleh federasi internasional yang menerbitkan sertifikasi.

Labosport melakukan penelitian dan melaporkan kepada pemberi sertifikasi bahwa sarana-prasarana olahraga tertentu sudah sesuai standar.

Hasil laporan ini menjadi dasar bagi federasi internasional untuk menerbitkan sertifikasi, misalnya FIFA dalam bidang sepakbola.

Hanya saja, Joni memberi catatan, hal ini akan jadi solusi hanya jika kualitas rumput sintetis di Stadion Joyokusumo memang benar-benar sesuai standar FIFA sebagaimana diklaim.

"Saya ingin betul-betul clear tentang stadion ini. Jangan sampai ada omongan stadion sudah ada standar FIFA, tapi kenyataannya tidak."

"Begitu verifikator melihat di sana, banyak kekurangan stadion. Tapi terutama masalah rumput sintetis yang dianggap tidak memenuhi standar."

"Semoga ini tidak benar, tapi (ada rumor) katanya itu rumput untuk lapangan futsal."

"Kalau seperti itu sangat lucu sekali, membuat sangat sulit kita jadi tuan rumah kalau seperti itu," ungkap pria yang juga menjabat anggota Exco PSSI Jateng ini.

Yang jelas, Joni meminta pertanggungjawaban pemerintah daerah, dalam hal ini DPUTR, juga kontraktor yang mengerjakan renovasi, untuk membuktikan bahwa memang lapangan Stadion Joyokusumo berstandar FIFA.

"Karena katanya itu standar FIFA, coba tunjukkan. Kami di dewan juga melihat ini ada masalah. Kenapa dari DPU dan inspektorat kok bisa meloloskan tentang masalah rumput ini," ujar Wakil Ketua 1 DPRD Pati ini.

"Ini tanggung jawab Pemkab, karena kalau setahu saya, awalnya mau pakai rumput biasa (alami) itu cuma Rp3 miliar habisnya. Itu sudah bagus. Ini rumput sintetis sampai Rp8 miliar lebih kok hasilnya seperti ini. Persiapan Persipa jadi otomatis terganggu," kata dia.

Ketika ditanya apakah Persipa sudah menyiapkan opsi stadion di luar kota seandainya memang terpaksa jadi tim musafir di Liga 2, Joni mengatakan akan ngotot dulu untuk bermain di daerah sendiri.

"Tentu kami siapkan opsi itu. Tapi kami tetap 'wani ngeyel' (berani ngeyel) dulu. Kami ingin minta tanggung jawabnya bagaimana."

"Sudah susah payah naik ke Liga 2 kok tiba-tiba kayak gini. ULP (Unit Layanan Pengadaan)-nya bagaimana, tendernya bagaimana, itu memang standar FIFA atau tidak. Kalau sudah Rp8 miliar lebih ya harusnya standar FIFA," ujar dia.

Dalam waktu dekat, lanjut Joni, DPRD berencana memanggil pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan ini.

Menurut dia, jika Persipa bisa bermain di Pati, banyak keuntungan yang bisa didapatkan. Di antaranya keuntungan finansial lewat penjualan tiket.

"Kita bisa ada pendapatan dari penonton, pemasukan. Karena katanya Liga 2 nanti ada home-away dan ada penonton," tandas Joni. (mzk)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved