Berita Semarang
Makin Kreatif, Modus Pengemis Semarang dari Manusia Silver hingga Badut Berjoget, Diincar Dinsos
Modus yang digunakan para pengemis di Kota Semarang kian variatif. Mereka juga kian licin untuk ditangkap oleh petugas Satpol PP.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM,SEMARANG - Modus yang digunakan para pengemis di Kota Semarang kian variatif.
Mereka juga kian licin untuk ditangkap oleh petugas Satpol PP.
Melihat hal itu, petugas Dinsos Kota Semarang, rutin melakukan operasi rutin tiap hari Kamis.
Operasi dilakukan menyisir di sejumlah titik yang menjadi lokasi favorit pengemis seperti di traffic light.
"Operasi bersifat sosialisasi yang menyasar pengemis, gelandangan, dan orang telantar atau PGOT," beber Sub Koordinator Tuna Susila dan Perdagangan Orang (TSPO) Dinas Sosial Kota Semarang, Rabu (9/3/2022).
Baca juga: Rumah tak Miliki Akses Jalan karena Ditembok Tetangga, Sutikah Jual Rumahnya Rp 2 Juta Per Meter
Baca juga: Perempuan Asal Pati Pingsan di Toilet SPBU Siliwangi Semarang, Ia Hendak Mencari Kerja
Baca juga: Jumlah Penumpang Kereta dan Pesawat Naik, Hari Pertama Kebijakan Bebas Tes Swab Antigen dan PCR
Para pengemis di Kota Semarang memang kian kreatif dalam menjalankan aksinya di jalanan Kota Semarang.
Petugas Dinsos seringkali menemukan pengemis bermodus memancing simpati warga.
Seperti pura-pura meminta sumbangan untuk berobat ibunya.
Adapula yang memakai alat walker lalu berjalan terpincang-pincang.
"Tentu hal itu dilakukan agar warga kasihan," ucapnya.
Selain itu, modus menjadi manusia silver dan manusia badut juga sempat marak beberapa bulan lalu.
"Untuk modus lama seperti manusia silver dan manusia badut sudah jauh berkurang," terangnya.
Sewaktu di lapangan, petugas yang menemukan PGOT warga Kota Semarang akan ditelusuri meliputi tempat tinggal dan alasan melakukan turun ke jalan.
Kemudian akan diperiksa apakah sudah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Sebaliknya dari luar Kota Semarang akan dipulangkan ke kota asal dengan terlebih dahulu dilakukan pendataan.
Sejauh ini banyak yang berasal dari wilayah Purwodadi, Boyolali, Kebumen, dan lainnya.
"Kami ketat melakukan operasi ini agar para PGOT tidak kembali lagi ke Kota Semarang," tegasnya.
Bilamana para PGOT tak kapok diberi sosialisasi, Dinsos kemudian berkoordinasi dengan Satpol PP.
"Kalo masih bandel Satpol PP yang menangkap," katanya.
Selain operasi rutin di tiap hari Kamis, pihaknya juga melakukan sidak di jalanan.
Sidak memang tidak menentu, tapi dilakukan secara berkala.
"Itu tidak terjadwal, razia ini dilakukan secara mendadak," paparnya.
Di sisi lain, Dinsos memang tak bisa berbuat banyak saat penanganan pengemis yang masuk ke wilayah perumahan.
Menurut Bambang, petugas tak dapat patroli masuk ke area perkampungan.
Sudah seharusnya peran warga yang menyepakati aturan di wilayahnya agar tak memberi ke pengemis.
"Ketika semua sepakat tak memberi ke pengemis, maka otomatis tidak akan menjadi lokasi sasaran pengemis," jelasnya.
Pihaknya melakukan kegiatan tersebut bagian dari upaya penegakan Perda nomor 5 tahun 2014 dan nomor 5 tahun 2017 terkait ketertiban umum.
Baca juga: Persipa Pati Bantai Farmel FC 6-3, Asisten Pelatih: Alhamdulillah, Wasitnya Adil
Baca juga: Bupati Hartopo Harap Layanan di Polres Kudus Meningkat dan Lebih Efisien, Ada Apa?
Baca juga: Ajukan Banding Kasus Pungli Pasar Cepu, Begini Kata JPU
Tentunya untuk menciptakan Kota Semarang tak hanya bersih dari segi tata kotanya saja melainkan harus bersih kondisi sosialnya.
Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya terus rutin melakukan operasi menyasar PGOT.
"Jadi Kota Semarang bersih secara fisik bebas sampah, taman kota bagus, harus didukung bersih sosial tanpa PGOT," katanya. (*)