Berita Nasional
Elektabilitas Puan Paling Buncit di Bawah 1 Persen, Hasil Survei Elit Parpol dari Litbang Kompas
Elektabilitas Puan Paling Buncit di Bawah 1 Persen, Hasil Survei Elit Parpol Litbang Kompas
TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Dari sejumlah elit partai politik (parpo), elektabilitas Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Puan Maharani, berada di nomor buncit.
Elektabilitas Ketua DPR RI itu berada pada angka di bawah satu persen.
Jauh di bawah Prabowo Subianto yang ada di puncak.
Hasil Survei Kepemimpinan Nasional yang diselenggarakan Litbang Kompas menunjukkan, sejumlah elite partai politik memperoleh elektabilitas yang beragam.
Baca juga: Curhat Puan Maharani, Tak Dijemput Gubernur saat Kunjungan ke Daerah: Saya Ketua DPR, Bikin Kesal
Baca juga: Rudy Solo Tanggapi Curhatan Puan: Kok Gubernur, Saya Juga Gak Pernah Jemput, Tak Pernah Dikabari
Baca juga: Gelar Rakernas di Bali, Sahabat Ganjar Pilih Gus Nahib Jadi Ketua Umum, Yakin PDIP Dukung Ganjar
Hasil survei yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 17-30 Januari 2022 menunjukkan, jika pemilu diselenggarakan pada saat survei dilakukan, Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berada di posisi teratas dengan 26,5 persen.
Elektabilitas Prabowo tersebut berselisih jauh dengan sejumlah elite parpol lainnya yang masih di bawah 5 persen.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno tercatat memiliki elektabilitas sebesar 4,9 persen, disusul oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan elektabilitas 3,7 persen.
Elite parpol lain yang masuk bursa pilpres kali ini ialah dua ketua DPP PDI-P, Tri Rismaharini dan Puan Maharani, masing-masing mengantongi elektabilitas 2,6 persen dan 0,6 persen.
Sejumlah nama elite partai yang digadang-gadang maju sebagai calon presiden tidak tercantum pada survei ini.
Misalnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Giring Ganesha.
Sementara itu, sejumlah nama non-elite partai politik tercatat juga masuk hasil survei Litbang Kompas, misalnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (20,5 persen) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (14,2 persen).
Berikut hasil lengkap survei Litbang Kompas:
- Prabowo Subianto: 26,5 persen
- Ganjar Pranowo: 20,5 persen
- Anies Baswedan: 14,2 persen
- Sandiaga Uno: 4,9 persen
- Agus Harimurti Yudhoyono: 3,7 persen
- Basuki Tjahaja Purnama: 2,9 persen
- Ridwan Kamil: 2,6 persen
- Tri Rismaharini: 2,6 persen
- Andika Perkasa: 2 persen
- Gatot Nurmantyo: 1,4 persen
- Erick Thohir: 1,1 persen
- Mahfud MD: 1,1 persen
- - Puan Maharani: 0,6 persen
- - Lainnya: 4,1 persen
- - Tidak ada/tidak tahu/rahasia: 11,8 persen
Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden pada 17-30 Januari 2022 lalu.
Para responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi.
Dengan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian ± 2,8 persen.
Untuk membaca lebih lengkap ulasan hasil survei ini, baca di sini.
Puan belum dewasa dalam berpolitik
Terpisah sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo, Jawa Tengah, FX Hadi Rudyatmo, tampak mengkritik Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Puan Maharani.
Rudy menyebut Puan belum memiliki sifat kedewasaan dalam berpolitik.
Hal tersebut dikatakan Rudy saat menanggapi pernyataan Puan Maharani dalam pidato saat berada di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Saat itu putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengeluhkan tidak disambut gubernur tersebut ketika berkunjung ke daerah.
FX Hadi Rudyatmo menilai gubernur yang dimaksud Puan adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Rudy, sapaan karibnya, mengatakan apabila benar demikian, sebenarnya tidak ada kewajiban bagi Ganjar untuk menjemput Puan saat berkunjung ke Jawa Tengah.
Menurutnya, Ganjar wajib menjemput jika dia merupakan Gubernur yang menjabat Ketua DPD PDIP Jateng dan memang diundang oleh Puan.
"Mbak Puan harus paham dulu, pemimpin adalah pelayan, kalau yang dinamakan pemimpin pelayan itu datang tidak dilayani tapi melayani masyarakat."
"Sehingga kalau pemimpin mintanya dilayani disambut, jadi ini belum menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik," ujar Rudy dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Senin (14/2/2022).
"Biar saya dimarahi nggak apa-apa, namun ini harus diluruskan dulu," tambahnya.
Rudy pun mengatakan saat dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Solo dan merangkap sebagai Ketua DPC PDIP, tidak pernah ada kewajiban, bahkan ditugasi menjemput Puan Maharani.
Hal itu lantaran selain bukan tugasnya, dirinya juga tidak pernah diundang untuk menjemput.
"Jadi saya sendiri kadang-kadang Mbak ini piye to (Mbak ini bagaimana sih), wong ini legislatif kok mewajibkan eksekutif jemput, gimana ceritanya," lanjutnya.
Saat ditanya momen apa yang menyiratkan Ganjar Pranowo disebut tak menjemput Puan Maharani, Rudy memberi penjelasan.
Yakni saat rakerja di Semarang, saat itu rapat tiga pilar dari legislatif, eksekutif, dan struktur partai.
Namun, dalam rakerja tersebut Ganjar Pranowo, yang merupakan bagian dari pilar eksekutif, tidak diundang.
"Sehingga Ganjar tak hadir, nanti hadir salah, jemput salah, dan tidak ada kewajiban Pak Ganjar jemput, Pak Ganjar pun ngalah," ujarnya.
Berdampak pada PDIP?
Menurut Rudy adanya dinamika politik dengan segala polemiknya terkini tidak terlalu mengkhawatirkan akan berdampak pada PDIP.
Termasuk menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Rudy yakin para kader di daerah yang tersebar di Indonesia terus giat bekerja.
Rudy pun mengibaratkan para kader daerah bak lilin yang menyala, rela dibakar atau kiasan berjuang demi kepentingan orang banyak.
"Kalau PDIP perjuangan nggak khawatir, ini lilin di bawah ini kerja terus, nah elite politik itu jangan sampai memadamkan lilin yang di bawah," ungkap Rudy.
"Kita sudah semangat memenangkan 2024, lantas statement-statement-nya malah mengadu domba ini kan jadi nggak bener, padahal ideologi PDIP kita Pancasila di situ ada persatuan ada musyawarah," tuturnya lagi.
Pengamat: orang tidak empati kepada Puan
Sementara itu, pengamat Politik Ray Rangkuti menyinggung ada persaingan ketat antara Puan dan Ganjar untuk Pilpres 2024 mendatang.
Bahkan, menurut Ray, sikap panas Puan yang menjadikan Ganjar sebagai saingan terkuat pada Pilpres 2024 tidak akan berhenti di sini.
Dalam cermat Ray, Puan sepertinya ingin terus memelihara hubungan yang tidak harmonis dengan Ganjar untuk menurunkan citra Gubernur Jateng tersebut dalam lingkup internal maupun publik.
“Tapi, itu tidak akan efektif, kenapa? Karena Puan memiliki ketokohan yang berbeda sekalipun (dia) anak Megawati."
"Orang mendengar, tapi tidak akan berempati dengan yang disampaikannya,” ujar Ray.
Dikutip dari Kompas.com, terkait polemik curhat Puan, Ray menanggapinya, menyebut Puan Maharani manja.
“Apa yang dilakukan Ibu Puan ini kemanjaan,” katanya.
“Watak-watak itu harus dikikis, kemanjaan, harus dijemput, harus difasilitasi,” pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Elektabilitas Elite Parpol di Survei Litbang Kompas: Prabowo Teratas, Puan di Bawah Satu Persen dan di Tribunnews.com dengan judul FX Hadi Rudyatmo Sebut Puan Maharani Belum Dewasa dalam Berpolitik: Biar Saya Dimarahi Nggak Apa-apa